RADARCIRENON.TV- Milenial dan Generasi Z sekarang menjadi fokus utama untuk masalah kesehatan mental. Ini karena banyaknya kasus bunuh diri yang di lakukan oleh remaja, termasuk kita sendiri yang sebaya. Jangan berpikir bahwa kita tidak mungkin bertindak dengan cara yang sama.
Ketimbang sekadar meyakininya seakan-akan hidup kita tidak akan pernah di uji dengan masalah yang berat, lebih baik melakukan segala hal sebagai pencegahan. Pendekatan secara spritual tentu perlu terus di lakukan guna mengingatkan kita mengenai buruknya perbuatan mengakhiri hidup sekaligus membangun keyakinan tentang pertolongan Tuhan. Di samping itu, kita juga mesti memperhatikan sembilan tips berikut untuk menjaga kesehatan mental.
1. Gak semua zona nyaman perlu di tinggalkan
Tips menjaga kesehatan mental yang pertama, anak-anak muda sering di paksa untuk meninggalkan tempat yang mereka anggap nyaman. Seolah-olah berada di area yang nyaman tidak selalu merupakan kesalahan.
Baca Juga:Destinasi Wisata Religi yang Wajib Kamu Kunjungi: 5 Masjid dengan Arsitektur Paling Unik di Padang, Pernah ke Sini?Menawarkan Pengalam yang Seru dan Edukatif: Inilah 5 Rekomendasi Tempat Bermain Anak Paling Populer di BSD
Kita harus lebih kritis tentang zona kenyamanan yang harus di tinggalkan, yaitu terbatas pada hal-hal yang menyebabkan kemalasan dan menghambat kemajuan kita. Tidak ada yang perlu di tinggalkan jika kita memiliki hobi, kebutuhan istirahat, atau sesuatu yang membuat kita nyaman karena kita memiliki passion untuk sesuatu. Sangat penting untuk merasa nyaman dalam hidup kita sehingga kita tidak terpikir untuk melarikan diri ke dunia lain.
2. Jangan mengejar kesempurnaan
Walaupun maksud kita bagus yaitu ingin melakukan segala hal dengan sebaik-baiknya, menjadi sempurna tidaklah mungkin. Mengejar kesempurnaan bakal bikin capek dan frustrasi. Apalagi kalau kesempurnaan yang di inginkan tak hanya tentang sesuatu yang di kerjakan, melainkan sampai ke diri kita.
Kita merasa sakit, sangat buruk, dan malu saban teringat kekurangan diri. Segala cara di lakukan agar orang lain melihat kita begitu sempurna. Ini artinya, kita tidak pernah menjadi diri sendiri dan berani tampil dengan apa adanya. Seluruh kepalsuan yang di perlihatkan bakal bikin jiwa kita rapuh meski tampak menawan dari luar.
3. Memaafkan diri dan orang lain
Sesalah-salahnya kita dalam suatu situasi, batasi dengan cukup mengakuinya. Jangan berkelit apalagi melemparkan kesalahan pada orang lain. Akan tetapi, hindari terus menyalahkan diri karena itu juga bentuk hukuman yang berat untuk jiwa kita.
Kita harus mampu berintrospeksi, mengakui kesalahan, sekaligus memaafkan diri agar dapat melanjutkan hidup tanpa beban yang terus mengikuti. Kita cuma kudu mempertanggungjawabkan kekeliruan tersebut. Selebihnya lanjutkan hidup seperti biasa.
Kesalahan orang lain pada kita juga tidak perlu terlampau di pikirkan sampai menguras emosi. Kalaupun seseorang tak mau meminta maaf, tetaplah memberinya pengampunan demi kedamaian hati sendiri. Selebihnya tingkatkan kehati-hatian agar kita tak kembali terluka oleh orang yang sama. Ingat bahwa dunia kita amat luas, tidak sekadar berisi dirinya dan kelakuannya.
4. Menyikapi masa lalu, masa kini, dan masa depan dengan bijak
Ketiganya merupakan rangkaian dalam hidup. Maka apabila kita gagal menyikapi salah satunya dengan baik, kebahagiaan akan menjauh. Sebagai contoh, ketidakmampuan menerima masa lalu bikin kita tak bisa menjalani masa kini dengan baik.
Baca Juga:Anak Bisa Bebas Beraktivitas di Area Terbuka: Rekomendasi Tempat Wisata Anak di Sentul yang Seru buat Liburan Akhir TahunSebagian Tempat Menyajikan Pesta Kembang Api: Inilah 7 Tempat Merayakan Tahun Baru di Cirebon, Banyak Hiburan Seru
Masa depan pun menjadi suram karenanya. Demikian pula kelewat mencemaskan masa depan membuat semua keberhasilan kita di masa lalu dalam menaklukkan berbagai tantangan seperti tak berarti. Masa kini pun di lalui dengan konsentrasi yang tersedot ke masa depan yang entah.
5. Tidak membiarkan diri menjadi bulan-bulanan orang toksik
Keberadaan orang toksik sukar di hilangkan dalam kehidupan. Kita tidak bertemu dengannya di dunia nyata, di dunia maya juga ada. Bahkan terkadang orang dengan sifat beracun ini masih berada di lingkungan terdekat kita, seperti keluarga.
Jika kita tidak melakukan apa-apa untuk memperbaiki posisi kita dalam hubungan, orang yang berbahaya tidak dapat di biarkan begitu saja. Kita hanya memiliki dua pilihan: melawannya atau meninggalkannya. Memilih melawannya tidak berarti kita menjadi lebih toksik darinya.
Cukup dengan menunjukkan bahwa dia gak bisa semena-mena pada kita. Adanya perlawanan jauh lebih baik daripada kita diam saja di perlakukan dengan buruk. Kalaupun ia tidak juga mengurangi sikap toksiknya, kita bisa meninggalkannya.
6. Tak terlalu mengejar materi dan pengakuan dari orang lain
Tentu saja kita semua harus bekerja sehingga materi tidak bisa di kesampingkan. Akan tetapi, jangan jadikan hal tersebut sebagai tujuan utama dalam hidup. Kalau kita selalu berorientasi pada materi termasuk uang, setiap hari kita akan bertarung sengit dengan orang lain supaya diri tampak lebih berada.
Kita ingin mendapatkan pengakuan dari semua orang bahwa kita lebih unggul dalam hal tersebut. Jika teman atau tetangga lebih kaya, kita gak bisa tidur nyenyak. Semangat bersaing yang tak tepat ini gak perlu di teruskan. Kita butuh materi, tetapi hindari mengejarnya seakan-akan seluruh kebahagiaan kita bergantung padanya.
7. Berani menolak tuntutan yang terlampau memberatkan
Tuntutan yang begitu tinggi dari orang lain juga bisa menjadi bentuk sikap toksik mereka pada kita. Bukannya kita mesti menolak setiap tuntutan, seperti keinginan orangtua agar kita bersekolah dan berkuliah dengan baik. Tuntutan seperti itu masih terbilang wajar.
Namun, ketika orangtua sudah memaksa kita masuk ke jurusan yang sama sekali tidak di sukai dan kita wajib menjadi murid atau mahasiswa terpintar, tolak saja. Penolakan ini tentu akan menimbulkan kekesalan di pihak orangtua. Namun, penting buat siapa pun menyadari batasan dalam meminta atau mengharapkan sesuatu dari kita. Jangan sampai kita menurut saja, tetapi menjadi amat tertekan.
8. Menjaga akal sehat saat jatuh cinta dan patah hati
Masalah asmara juga bisa mengganggu kesehatan mental anak muda. Kita tahu bahwa perasaan memegang peran besar ketika kita jatuh cinta serta patah hati. Namun, pengetahuan ini seharusnya membantu kita buat lebih mempertahankan akal sehat.
Jangan sampai ada perbedaan yang sangat besar antara perasaan dan akal sehat. Kesehatan mental kita baik-baik saja ketika hati kita gembira. Meskipun demikian, ketika hati patah, akal sehat tidak dapat segera mengambil alih. Kita rentan melakukan hal-hal buruk, entah itu menyakiti diri sendiri atau orang lain yang membuat mereka sedih.
Itulah tips menjaga kesehatan mental, melabeli anak muda masa kini sebagai generasi yang lemah secara mental kurang tepat bila mengingat betapa tekanan untuk mereka juga makin kuat. Terutama melalui media sosial yang kerap kali memaksa kita buat berlomba-lomba menunjukkan kesempurnaan hidup, prestasi tak henti-henti, dan tentunya gaya hidup kelas atas. Kita perlu lebih berani menjadi diri sendiri dan tampil apa adanya saja.