Sejarah Selat Solo : Makanan Khas Solo yang Populer di Kalangan Wisatawan

Sejarah Selat Solo : Makanan Khas Solo yang Populer di Kalangan Wisatawan
Sejarah Selat Solo (Youtube dapoer lestari/ pasundaneskpres)
0 Komentar

RADARCIREBON.TV – Selat Solo merupakan makanan khas dari Solo dan menjadi bentuk warisan kependudukan Belanda. Makanan ini menjadi salah satu santapan kuliner yang populer di kalangan wisatawan dengan rasa yang enak.

Makanan ini berupa bistik Jawa yang di lengkapi dengan sayuran bak sajian dari santapan steak. Nampak memiliki warna kecokelatan dengan bahan utama dari daging yang di olah dengan tambahan kecap yang membuat warnanya menjadi kecokelatan.

Memiliki cita rasa yang manis, asam, dan gurih; membuat bistik Jawa ini kerap di incar oleh para wisatawan. Bahkan bisa di temukan di berbagai penjuru kota Solo. Berbeda dengan dahulu, yang hanya di nikmati oleh kalangan bangsawan saja.

Baca Juga:Inilah 10 Daftar Kota Terpadat di Dunia 2023, Apakah Jakarta Masuk ke Dalam Daftar Ini?Samsung Super Smart TV+ Hadir dengan Tipe dan Ukuran Layar yang Lengkap, Fitur dan Kualitasnya Pun Mumpuni

Sejarah dari Selat Solo

Makanan yang merupakan perpaduan antara bistik dan salad ini, berasal dari kata “slachtje” yang memiliki arti salad. Dengan nama bistik yang berasal dari bahasa Belanda yakni “biefstuk”.

Berbeda dengan Eropa yang biasanya di sajikan dalam porsi besar dan setengah matang, raja Kasunanan Solo tidak terbiasa dengan olahan tersebut. Maka, daging pun di ubah menjadi daging sapi cincang yang di campur dengan sosis, tepung roti dan telur. Kemudian di bentuk memanjang dan di bungkus daun pisang.

Kemudian, di masak dengan cara di kukus sampai matang dan di biarkan hingga kondisinya dingin. Setelah dingin, daging lalu di iris dengan ukuran yang tebal, di goreng dengan menggunakan margarin secukupnya atau di masak dengan kuah encer khas Jawa beserta tambahan isian.

Awal mulanya Selat Solo bisa muncul pertama kali saat Benteng Vastenburg yang lokasinya ada di hadapan gapura Keraton Surakarta mulai didirikan. Tempat itu konon menjadi tempat pertemuan dari pihak Belanda dan keraton.

Saat pertemuan berlangsung, selalu disediakan makanan hanya saja tidak sesuai dengan selera Belanda yang ingin makanan berbahan utama daging. Lain halnya dengan raja yang tidak terbiasa dengan daging setengah matang dan terbiasa dengan sajian sayur. Kemudian terciptalah makanan tersebut.

Modifikasi dari makanan ini menggunakan bahan berupa daging olahan dengan bahan seperti kentang, buncis, wortel, ketimun, telur, selada, kuah kecap, dan saus mayones. Ciri khas lainnya yakni terdapat irisan telur dan disajikan dengan kondisi dingin.

0 Komentar