RADARCIREBON.TV- Permen kapas DBD- penyakit Demam Berdarah Dengue menjadi masalah serius dari tahun ke tahun.
Masa inkubasi cukup lama dan panjang di tambah pengobatan yang memakan waktu ini membuat DBD di cap sebagai penyakit mematikan.
Inkubasi penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) merujuk pada periode waktu yang di butuhkan
setelah seseorang terinfeksi virus dengue hingga timbulnya gejala klinis.
Baca Juga:Dijual 500ribu di Jepang, Penampakan Sandal Jepit Mirip Swallow Banjir KomentarRilis Dalam Waktu Dekat, Hp Lipat Vivo X100 Diprediksi Jadi Mimpi Buruk Snapdragon 8 Gen 3
Virus dengue di tularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus yang terinfeksi.
Setelah nyamuk menggigit individu yang terinfeksi, virus masuk ke dalam tubuhnya dan mengalami periode inkubasi sebelum menyebabkan gejala.
Inkubasi DBD biasanya berkisar antara 4 hingga 10 hari, meskipun bisa lebih lama.
Selama inkubasi, virus berkembang biak di dalam tubuh manusia tanpa menimbulkan gejala yang jelas.
Pada akhir periode ini, individu dapat mengalami demam tinggi, nyeri otot dan sendi, serta gejala lain yang merupakan ciri khas DBD.
Segala macam cara pencegahan dan edukasi di lakukan pemerintah sejak lama.
Namun tak dapat di pungkiri angka kematian akibat DBD di Indonesia terus meningkat.
Baca Juga:Ketajaman Teknologi Kamera Periskop, Kekuatan Kamera Smarphone Masa Depan- Baca Keunggulannya di SiniMenuju Gaza, Tampilan Warna Kapal Rumah Sakit TNI AL Jadi Sorotan- Ada Apa?
Mengutip data dari laman Kemenko PMK, ada peningkatan jumlah kematian masyarakat dari tahun 2021 sampai 2022.
tahun 2021 jumlah kematian DBD sebanyak 73.518 kasus dengan 705 angka kematian.
Kemudian pada 2022 sebanyak 131.265 kasus dengan angka kematian 1.183 orang.
di 2023 sendiri periode Januari-Juli tercatat 42.690 orang terinfeksi dengan 317 orang meninggal.
Data di atas menunjukkan Demam Berdarah Dengue bukanlah sebuah wabah yang dapat kita anggap remeh.
Hal tersebut memunculkan sebuah inovasi yang datang dari para peneliti muda Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta,
di mana sekelompok mahasiswa mengembangkan obat melawan penyakit DBD tersebut.
mereka tergabung dalam Tim Mahasiswa Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Riset Eksakta (RE).
kelompok yang beranggotakan 4 orang; Lidya Intan Setyaningsih, Niken Larasati, Diah Dwi Syafitri Khoirunisak, dan Shinta Septiana.
yang dalam kegiatannya berada dalam bimbingan Syaiful Choiri, S. Farm., M.Pharm.Sci., Apt.
bentuk inovasi tersebut adalah mengembangkan permen kapas yang di buat dari ekstrak daun pepaya
cara kerja permen kapas ini adalah menaikan jumlah trombosit dalam darah.
alasan di balik pembuatan permen kapas ini sebagaimana penuturan Niken yang di kutip dalam laman resmi uns adalah
sebagai bentuk inovasi, solusi, dalam bentuk keberterimaan konsumsi daun pepaya sebagai peningkat trombosit pada pasien DBD anak.