RADARCIREBON.TV – Jika kamu saat ini masih belum menjadi sosok yang sukses dalam dunia karir, maka jangan pantang menyerah.
Karena roda kehidupan pasti akan terus berputar dan bukan hal yang tidak mungkin jika nasib seseorang akhirnya bisa berubah.
Seperti sosok yang akan kita bahas kali ini, yaitu Prajogo Pangestu yang kini menjadi orang terkaya di Indonesia.
Baca Juga:Deretan Drakor dengan Rating Tinggi, Kamu Dapat Menelusuri Keindahan dan Popularitas Drama KoreaJangan Ngaku Wibu Kalau Gak Tau Proses Syuting Anime Seperti Apa, Ini 10 Tahapan yang Harus di Selesaikannya!
Prajogo Pangestu menjadi orang terkaya di Indonesia versi Forbes Real Time Billionaires pada Sabtu (11/11).
Kekayaan Prajogo Pangestu mengalahkan Bos PT Bayan Resources Tbk (BYAN), Low Tuck Kwong, dan Hartono bersaudara.
Kekayaan Prajogo telah meningkat pesat dalam beberapa waktu terakhir menjadi US$78 miliar, atau sekitar Rp1.223 triliun.
Prajogo, pendiri Barito Pacific, kini memiliki kekayaan sebesar US$38,7 miliar, atau setara Rp 607 triliun, menurut Forbes, dengan kurs saat ini Rp 15.688 per dolar AS.
Sosok Prajogo Pangestu
Prajogo lahir pada 13 Mei 1944 di Bengkayang, Kalimatan Barat. Ia adalah anak dari seorang pedagang karet.
Selain itu, Prajogo hanya lulus SMP dan bekerja sebagai sopir angkot. Pada tahun 60-an, ia bertemu dengan pengusaha kayu Malaysia bernama Bong Sun On, juga di kenal sebagai Burhan Uray.
Dia di pekerjakan di Djajanti Timber Group oleh Ray. Setelah di perkenalkan, Prajogo bergabung dengan PT Djajanti Group pada tahun 1969.
Baca Juga:Alternatif Elegan Dengan Budget Rendah, Ini Dia Deretan Ponsel Mirip iPhone yang Layak di PerhatikanSpesifikasi iPhone 15: Evolusi Teknologi Ponsel Apple yang Mewah dan Canggih
Kemudian, Pajogo Pangestu di anggap bertanggung jawab atas Hak Pengusahaan Hutan (HPH) Kalimantan Tengah.
Prajogo memutuskan untuk membuka bisnis sendiri karena dia memiliki banyak pengetahuan dan pengalaman tentang kayu.
Pada akhir 1980, dia mendirikan CV Pacific Lumber Coy. Selang tiga belas tahun, perusahaan kayunya berganti nama menjadi Barito Pacific Timber.
Sebelum krisis ekonomi 1997, bisnis kayunya berkembang pesat, menjadi pengusaha perkayuan terbesar di Indonesia.
Prajogo beralih ke bisnis non-kayu pada tahun 2007. Nama perusahaannya kemudian diganti menjadi Barito Pacific.
Setelah bergabung dengan Tri Polyta Indonesia, ia mengambil kepemilikan saham 70% di perusahaan petrokimia Chandra Asri, yang menjadi produsen terbesar di negara itu.
Petrindo Jaya Kreasi, yang IPO di pasar pada tahun 2023, adalah langkah perusahaan konglomerat untuk masuk ke sektor batu bara.
Prajogo pernah di dakwa atas dugaan korupsi dana reboisasi senilai Rp 331 miliar di Sumatera Selatan. Dalam kasus korupsi proyek HTI, dia pernah berstatus tersangka. Ia bebas usai kasusnya di-surat perintah penghentian penyidikan (SP3) oleh Kejagung.