RADARCIREBON.TV- 6 Nama Pahlawan Nasional Terbaru Resmi Ditetapkan Presiden- Berikut Profil Lengkap dan Latar Belakangnya, Salah Satunya dari Jawa Barat.
Pahlawan Nasional merupakan tokoh-tokoh yang telah memberikan kontribusi besar bagi kemerdekaan dan kemajuan Indonesia.
Mereka adalah teladan dalam perjuangan melawan penjajahan
dan memperjuangkan keadilan serta persatuan bangsa.
Dari sejarah yang di lalui, nama-nama seperti Soekarno, Mohammad Hatta,
Kartini, dan Cut Nyak Dien, serta banyak lagi, menjadi inspirasi bagi generasi muda.
Pahlawan-pahlawan ini hadir dari berbagai latar belakang,
memperlihatkan keberagaman dan semangat perjuangan yang tak kenal lelah.
Mereka memperjuangkan kemerdekaan, hak asasi manusia, pendidikan,
dan keadilan bagi semua lapisan masyarakat.
Baca Juga:Aplikasi Omegle TV “Gulung Tikar” Setelah 14 Tahun Hidupi Jejaring Internet, Begini Fenomena dan Dampaknya dalam Kehidupan OnlineRekomendasi Film Indonesia Tentang Teror Horor Santet
Penting untuk terus mengenang perjuangan serta nilai-nilai yang diperjuangkan oleh pahlawan nasional.
Mereka memberikan teladan akan semangat pantang menyerah, keberanian, dan cinta akan tanah air.
Semangat serta dedikasi mereka harus menjadi inspirasi bagi generasi masa kini dan mendatang,
agar semangat perjuangan demi kebaikan bangsa tetap menyala dalam hati setiap warga Indonesia.
Menyambut hari pahlawan 10 November ini, Indonesia, Presiden RI Joko Widodo, memberikan penghormatan bagi 6 tokoh pahlawan nasional.
nama pahlawan nasional yang di kukuhkan adalah:
- alm. Ida Dewa Agung, Jambe, Bali;
- alm. Bataha Santiago, Sulawesi Utara;
- alm. M. Tabrani, Jawa Timur;
- almh. Ratu Kalinyamat, Jawa Tengah;
- alm. KH. Abdul Chalim, Jawa Barat;
- alm. KH. Ahmad Hanafiah, Lampung.
Dewa Agung Istri Kanya dikenal sebagai pemimpin
perlawanan masyarakat Klungkung terhadap invasi Belanda di desa Kusamba.
Bersama Mangkubumi Dewa Agung Ketut Agung,
Dewa Agung Istri Kanya melancarkan serangan balasan terhadap Belanda di Kusanegara
yang mengakibatkan gugurnya pemimpin ekspedisi Belanda, Mayjen A.V.Michel.
Dewa Agung Istri Kanya dijuluki “Wanita Besi” oleh Belanda
karena kemampuannya membunuh jenderal-jenderal Belanda.
Baca Juga:Deretan Film Thriller Psikologis Tak Hanya Joker Untuk Anda Nikmati, Berikut 7 RekomendasinyaPenyebab Penyakit Skizofrenia Paranoid, Bagaimana DC Membingkai Gangguan Mental pada Film Joker dengan Lebih Real
Dewa Agung Istri Kanya di ketahui memilih untuk tetap melajang sepanjang hidupnya.
Kemudian, Bataha Santiago merupakan tokoh masyarakat dari Sangihe Talaud,
beliau merupakan raja ketiga kerajaan Manganitu.
Don Jugov (Jogolov) Sint Santiago adalah nama lengkapnya (“Bataha” berarti sihir).
Ia lahir di desa Bowongtiwo-Kauhis, Manganitu pada tahun 1622.
Ia satu-satunya raja Kepulauan Sangihe yang keras kepala
dan menolak menandatangani perjanjian dagang dengan VOC Belanda (Vereenigde Oost Indische Compagnie).
Selanjutnya, tokoh pahlawan nasional yang di kukuhkan baru baru ini dan satu satunya berasal dari Jawa Barat.
ia adalah alm. KH. Abdul Chalim, tokoh yang berpengaruh di tanah Majalengka, Jawa Barat.
Di beritakan dalam website NU Online, KH Abdul Chalim lahir
di Kecamatan Leuwimunding, Majalengka, Jawa Barat, pada tahun 1898.
Ia merupakan putra dari Mbah Kedung Wangsagama dan Nyai Suntamah.
Semasa kecil, Kiai Chalim bersekolah di Sekolah Raja (sekolah negeri yang di hadiri oleh kelompok tertentu pada masa penjajahan Belanda) selama dua tahun.
Kiai Chalim kemudian melanjutkan studinya di Pesantren Barada Mirat Leuwimunding,
Pesantren Trajaya, Pesantren Kedungwuni, Pesantren Majalengka dan Pesantren Masantren Cirebon.
Sepanjang sejarah NU, ketika Komite Hijaz berdiri,
Kiai Chalim menjadi komunikator utama di kalangan ulama di Jawa.
Kiai Chalim juga menulis surat undangan dan membagikannya
kepada seluruh Kiai di Pulau Jawa untuk menghadiri pertemuan Komite Hijaz.
Pada masa kepemimpinan pertama Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Kiai Chalim menjabat sebagai Wakil Kepala Staf.
Kiai Chalim selalu menyaksikan banyak momen penting bagi NU,
termasuk ikut bergerilya dalam perang 10 November 1945 di Surabaya
yang di gagas resolusi Jihad KH Hasyim Asy’Ari.
Kemudian pada tahun 1958, Kiai Chalim menjadi pionir berdirinya Pergunu,
sebuah badan otonom NU yang menghimpun dan menaungi para guru, dosen, dan ustadz.
Abdul Chalim meninggal pada tanggal 11 April 1972.