Volume debit air Setu Patok di musim kemarau, perlahan mengalami penurunan hingga mencapai ketinggian 20 meter. Kondisi tersebut membuat sebagian areal setu mulai tak lagi digenangi air.
Surutnya air di waduk Setu Patok, dimanfaatkan para petani untuk mengolah lahan menjadi sawah. Hal ini dilakukan karena hanya di momen kemarau, kontur lahan mulai terlihat akibat air yang surut.
Terdapat ratusan meter sawah yang kini sedang memasuki masa olah padi, mulai dari masa tanam, hingga menunggu masa panen. Umur padi berbeda-beda di tiap lahannya, karena menyesuaikan kondisi surutnya air.
Baca Juga:Warga Gotong Royong Perbaiki JalanPolitisi PKS Dukung Kemajuan Pertanian Di Desa Penpen
Semakin jauh dari batas surut air, maka padi itulah yang pertama kali akan melalui masa panen.
Karma, salah satu petani yang sedang mengolah sawahnya menceritakan, bahwa momen ini sudah terjadi sejak 3 bulan lalu. Ia mengolah sekitar 200 meter persegi lahan sawah miliknya.
Uniknya, karena tak ada aliran air dari irigasi, para petani menggunakan pompa bor yang dipasang sedalam 18-20 meter, untuk mengalirkan air ke areal sawahnya.
Meski bisa dialih fungsikan sebagai lahan pertanian, kemungkinan besar panen hanya dapat dilakukan sebanyak satu kali, mengingat lahan sawahnya bukanlah lahan tetap, melainkan lahan musiman yang muncul ketika air setu surut