Warga di kaki Gunung Slamet Kabupaten Tegal, menggelar festival kitiran tradisional atau baling-baling kayu. Sebanyak seratus peserta ikut dalam festival kitiran yang baru pertama kali digelar.
Alunan gending jawa mulai terdengar di pinggiran desa yang akan dijadikan tempat menggelar festival barit dan kitiran tradisional gunung tukung Desa Carul Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal. Warga pun mulai berdatangan, dari mulai anak anak hingga orang tua, untuk menyaksikan festival kitiran tradisional, yang baru pertama kali digelar di Desa Carul. Dari catatan sejarah, kitiran tradisional atau baling baling kayu dan bambu ini, sudah ada di Desa Carul, sejak tahun 1945. Kala itu, kitiran dibuat untuk menghibur anak anak, agar tidak rewel karena kelaparan. Sebelum dimainkan warga berdoa terlebih dahulu lalu mengarak kitiran dengan membacakan shalawat nabi atau biasa disebut barit.Kepala Desa Carul, Bukhori, mengatakan festival barit dan kitiran tradisional berawal dari keinginan agar Desa Carul bisa dikenal orang di luar wilayah Kabupaten Tegal. Selain itu, dengan festival semacam ini, diharapkan dapat mengangkat kearifan lokal yang dimiliki oleh Desa Carul.
Seratus peserta yang ikut dalam festival budaya kitiran tradisional menampilkan berbagai jenis kitiran tradisional. Untuk membuat satu kitiran dengan panjang 4,5 meter kayu pohon waru diperlukan waktu hampir satu minggu. Mereka meneruskan tradisi turun temurun dari para leluhurnya.Agar kitiran terus menerus berputar, warga memiliki cara untuk memanggil angin dengan sebuah nyanyian ule-ule. Kitiran di Desa Carul merupakan tradisi saat musim kemarau berlangsung