RADARCIREBON.TV – GUGATAN Pimpinan Ponpes Al Zaytun, Panji Gumilang, terhadap Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, siap dihadapi orang nomor satu di Jawa Barat tersebut.
Ridwan Kamil yang cucu ulama pendiri delapan pesantren di Jawa Barat, KH Muhyiddin itu, bahkan secara gamblang siap meladeni gugatan Panji Gumilang. “Silakan saja, karena ini adalah negeri hukum. Justru baik agar permasalahan bisa terang benderang. Ini hanya urusan peradilan duniawi,” katanya di laman Instagram pribadinya.
Dia menegaskan, “Sebagai pemimpin Jawa Barat, saya sudah bersumpah untuk menjaga Jawa Barat dan NKRI serta berkewajiban membela umat dan syariat dari hal-hal yang membahayakan dan meresahkan,” ucapnya.
Baca Juga:Masyarakat Diberi Penyuluhan Bahaya Seks Bebas34 Peserta Ikuti Seleksi PPS Di Desa Dukupuntang
Keberanian dan kesungguhan KH Muhyiddin dalam memimpin santri dan masyarakat, menular pada cucunya: Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Sehingga saat dipercaya menjadi orang nomor satu di Jawa Barat, Kang Emil bertekad menjalankan amanah kepemimpinan sebagaimana nilai-nilai luhur yang dipesankan KH Muhyiddin.
“Terutama soal mengabdi kepada negara dilandasi semangat keikhlasan,” katanya.
Kakek Ridwan Kamil, KH Muhyiddin, lahir di Garut pada 1878. Akrab dipanggil dengan panggilan kehormatan: Mama Pagelaran. Selain mendakwahkan Islam, beliau juga dikenal sebagai pejuang. Selalu mengajak rakyat menentang penjajahan pemerintah kolonial Belanda. Hingga sesepuh masyarakat Subang yang dijuluki Mama Pagelaran ini, sempat menjadi tawanan kompeni pada 1939.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia berkumandang, KH Muhyiddin tak henti bergerilya. Bahkan semangatnya kian berkobar. Membentuk pasukan Hizbullah Pagelaran. Terdiri dari santri, alumni santri, jamaah pengajian, dan masyarakat Subang. Pasukan ini ikut terlibat dalam penyergapan konvoi tentara NICA di Ciater bersama Badan Keamanan Rakyat (BKR) – cikal bakal TNI – kala itu.
Sementara itu, beberapa program unggulan Pemprov Jabar di bawah kepemimpinan Gubernur Ridwan Kamil, yang sudah berjalan baik di antaranya program Sadesa: satu desa satu penghafal Alqur’an.
“Di Jabar ada 5.300 desa, cita-cita saya selama lima tahun memimpin Jabar, Insyaallah target tiap desa punya satu penghafal Qur’an,” ujar suami Atalia Praratya itu, optimis.
Kang Emil menyebutkan pihaknya telah memberi beasiswa ke sejumlah anak desa, guna disebar ke pesantren tahfizh agar jadi penghafal Alqur’an.
“Mudah-mudahan mereka pulang bisa memberi manfaat bagi masyarakat,” tuturnya semringah.
Tokoh Harapan nomor wahid versi survei RMOL awal tahun 2021 itu, menegaskan ingin menggunakan kekuasaan untuk dakwah dengan sebaik-baiknya. “Semoga di akhir jabatan saya, seluruh wilayah Jabar sudah punya banyak penghafal Alqur’an,” tekadnya.
Baca Juga:Ribuan Ayam TerpanggangSunjaya Dituntut 7 Tahun Penjara Dan Denda 1 Miliar
Selain itu, adapula program dakwah digital. Di antara bentuknya seperti acara live IG RK dan pendakwah. Yang bisa diikuti masyarakat luas. Kemudian ada English for Ulama. Lima peserta terbaik dikirim ke Eropa untuk dialog.
Karena, menurut Kang Emil, kedamaian, pemahaman dan pengertian bisa didapat buah dari rajin berkomunikasi. “Kan kalau mau menguasai Alquran dan Hadis, mesti belajar bahasa Arab. Jika ingin menguasai dunia, ya kuasai bahasa pergaulan yaitu bahasa Inggris,” pesannya.
Ada juga program One Pesantren One Product (OPOP); satu pesantren satu produk. Sebanyak 1.200 pesantren diberi modal oleh Pemprov Jabar. Sekarang ada pesantren punya pabrik roti, pabrik sabun, sehingga bisa menghidupi warga pondok.
Tidak ketinggalan program Maghrib mengaji sampai Isya. Bertujuan agar anak-anak tidak main hape terus. Lalu, ada subuh berjamaah di masjid – yang di masa pandemi Covid-19, sempat terbatas hanya di masjid tertentu.
Kemudian bantuan Kredit Mesra (Masyarakat Ekonomi Sejahtera), tanpa bunga/tanpa agunan, sesuai syariat Islam. “Syaratnya Cuma rajin ke masjid. Kalau minta satu juta, wajib hafal satu juz Alqur’an. Kalo pinjam Rp30 juta, harus hafal dulu 30 juz,” ucap tokoh muda potensial calon pemimpin negeri di masa depan itu.
Kang Emil menuturkan semua program yang diupayakan, merupakan terjemahan terhadap nasihat sang kakek dan ibunda tercinta. Bagaimana Jabar dimaksimalkan dakwah Islamnya, melalui kekuasaan yang ada saat ini. (*)