Akibat kekeringan, sejumlah petani di Brebes, terpaksa beralih profesi menjadi pengrajin batu bata. Langkah ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, karena lahan pertaniannya mengalami kekeringan.
Sejumlah petani di Desa Pesantunan Kecamatan Wanasari Brebes, sejak dua pekan terakhir terpaksa beralih profesi menjadi perajin batu bata merah. Para petani ini awalnya menaman padi, bawang merah dan palawija di lahan tadah hujan. Namun akibat sawahnya tidak terairi dengan rutin akibat kekeringan, banyak tanaman mereka yang mengering hingga mati.
Meski tidak meraup keuntungan lebih dari hasil membuat batu bata merah, namun setidaknya mereka bisa bertahan hidup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam satu musim para petani bisa membuat 500 ribu buah batu bata. Sarif, salah seorang petani yang beralih profesi menjadi perajin batu bata mengatakan, ia hanya dibantu sang istri untuk membuat batu bata.
Baca Juga:Mencicipi Spaghetti Di Kedai Copy PastaPelaku TPPO Diamankan Satreskrim Polres Ciko
Hal senada, dikatakan Sartono, mengatakan, dirinya membantu orang tuanya untuk membuat bata merah di bantaran sungai pemali saat sawahnya tidak bisa ditanami karena mengalami kekeringan.
Untuk membuat batu bata merah, dibutuhkan waktu hingga satu minggu yakni dengan mengolah tanah, mencetak, menjemur dan membakar batu bata mentah hingga matang. Batu bata merah dijual hingga seribu rupiah per buah. Batu bata ini dipasarkan disekitar wilayah Brebes. Tak jarang pembeli datang langsung ke perajin. Namun para perajin kini kalah bersaing dengan batako atau batu bata putih.