KABUPATEN BANDUNG – Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Jawa Barat menggelar dialog antar pemuda dari lintas suku dan agama se-Jabar.
Kegiatan setiap tahun tersebut merupakan salah satu agenda rutin Kesbangpol Jabar dalam membina kerukunan suku dan agama di Jabar.
“Kita perlu mengajak dialog generasi milenial dan generasi Z agar mereka benar-benar memahami hakekat keragaman yang bisa menjadi dasar persatuan. Apalagi jelang pemilu tahun depan yang potensial terjadi perpecahan. Dengan kegiatan ini kita berharap agar generasi ini tidak mudah terpancing atau terprovokasi dengan alasan perbedaan suku dan agama,” terang Kepala Badan Kesbangpol Jabar Iip Hidajat di Kabupaten Bandung, Kamis (11/5/2023).
Baca Juga:40 Musisi Muda Jawa Barat Ikuti Audisi Youth Music Camp 2023Petani Program Desa Digital Jadi Direktur Utama Pertanian Modern
Selama dua hari, dari tanggal 11-12 Mei, dalam acara bertema “Kolaborasi Keragaman Budaya Kearifan Lokal Untuk Memperteguh Identitas dan Kesatuan Bangsa” ini sebanyak 130 peserta akan saling berdialog tentang keragaman kearifan lokal daerah asal masing-masing, juga terdapat penambahan wawasan tentang kaerifan lokal dari beberapa narasumber yang dihadirkan.
“Narasumber yang hadir antara lain dari budayawan, seniman serta para ahli. Mereka akan ngobrol sambil ngopi-ngopi dalam upaya menjaga keragaman, itu yang terpenting,” kata Iip.
Kepala Bidang Ketahanan Ekonomi, Seni Budaya, dan Kemasyarakatan Kesbangpol Jabar Ruliadi menuturkan alasan peserta dari kalangan milenial dan generasi Z dihadirkan karena mereka bisa menjadi pemberi pengaruh tentang keberagaman.
“Karena mereka nantinya bisa menjadi pemberi pengaruh. Hasil dari kegiatan ini mereka bisa menyampaikan pemahaman tentang keberagaman kepada sesama dan masyarakat yang terdekat,” ujarnya.
Menurut Ruliadi, dalam pendalaman pemahaman materi, peserta dituntut membuat karya yang merupakan ekspresi dari pemahaman mereka.
“Mereka akan diminta membuat kerya seperti lagu, drama atau yang lainnya sebagai bukti pemahaman mereka selama kegiatan berlangsung. Kita mencoba menerjemahkan pemahaman tentang keberagaman dengan bahasa kaum milenial dan generasi Z,” pungkas Ruliadi. (*)