RADARCIREBON.TV – Jika membicarakan keindahan Telaga Remis tanpa membicarakan kisah yang terkuak, rasanya tidak akan lengkap.
Mengingat sejarah Kesultanan Cirebon sangat terikat dengan danau yang indah ini. Sebelum masuk ke cerita, perlu diketahui bahwa nama Danau Remis terinspirasi dari kerang yang menghuni kawasan sekitar danau.
Makhluk ini merupakan spesies kerang air tawar yang sebelumnya hanya terlihat di sekitar danau.
Baca Juga:Segini Simulasi Cicilan Mitsubishi Xpander, Cek Buruan!Ini Dia Versi Honda Scoopy Sporty, Stylish, Prestige dan Fashion 2022
Kisah pangeran Keraton Cirebon dan air matanya adalah cerita paling familiar untuk menjelaskan asal usul danau ini.
Telaga ini, konon di ciptakan oleh air mata Pangeran Selingsingan (Pangeran Keraton Cirebon). Karena terus menangis, akhirnya air matanya berubah menjadi danau.
Sang pangeran di utus oleh penguasa Keraton Cirebon untuk menjadi ujung tombak penolakan upeti dari kerajaan Mataram, begitulah narasi bermula.
Tiba-tiba tentara Mataram menyerang Pangeran Selingsing dan pasukannya saat mereka sedang dalam perjalanan.
Penyerangan tersebut pada saat itu di pimpin oleh Pangeran Purabaya. Kedua belah pihak akhirnya terlibat pertempuran di kaki Gunung Slamet.
Prajurit dari Mataram terlalu kuat untuk Pangeran Selingsing, jadi dia menulis kepada Sultan Manggaji. Elang Sutajaya di perintahkan dalam surat untuk membantu sang pangeran.
Menantu Sultan Mantangaji yang memiliki kesaktian adalah Elang Sutaya. Akhirnya Pangeran Selingsingan dan Elang Sutajaya bergabung dengan Pangeran Purabaya dalam pertempuran.
Pangeran Purabaya yang berhalangan hadir memohon ampun kepada Elang Sutajaya. Menurut Pangeran Purabaya, dia hanyalah seorang muslim biasa.
Baca Juga:Ini Dia Harga Toyota Rush Bekas 2020Honda Scoopy Thailand – Spesifikasi & Harga
Namun Elang Sutaya tidak ambil pusing karena menurutnya umat Islam yang terhormat tidak melakukan kekerasan.
Pangeran Selingsing menangis setelah Elang Sutajaya menasihati Pangeran Purabaya. Apalagi saat Elang Sutajaya menoleh ke arahnya, isak tangisnya tiada henti.
Air matanya berubah menjadi danau. Pangeran Purabaya, sementara itu, berubah menjadi kura-kura. Kisah ini telah di turunkan dari generasi ke generasi dan masih populer hingga saat ini.
Karakter yang sama muncul di beberapa cerita dengan alur cerita yang berbeda. Beberapa orang berpikir bahwa akan selalu ada perang, yang menyebabkan sang pangeran sesekali berteriak tanpa henti.
Selain itu, sebagian orang menganggap bahwa telaga ini melambangkan sisa embun dari legenda Prabu Siliwangi.
Oleh karena itu mereka percaya bahwa nama Remis berasal dari kata bahasa Sunda Reumis yang berarti tetesan embun.
Nah, itulah legenda dan mitos dari Telaga Remis Kuningan.***