RADARCIREBON.TV – Bandara Internasional Jawa Barat ini telah menyerap anggaran Negara sebesar Rp 7 Triliun.
Dalam hal ini tak ada satu pun pengamat atau wakil rakyat Jakarta maupun di Jabar yang memberikan suara positif akan pembangunan ini.
Di Indonesia sendiri terdapat tiga bandara yang bisa menjadi sampel model bandara Indonesia yang tidak well planed.
Baca Juga:WOW! Bandar Udara Internasional Kertajati Terbesar Ke-2 di Indonesia? Cek FaktanyaPLN Akan Lakukan Pemadaman Listrik Sementara di Wilayah Cirebon, Cek Informasinya
Artinya di bangun karena kondisi terdesak lantaran kelebihan kapasitas penumpang di bandingkan dengan runway hingga terminal yang ada.
Bandara Internasional atau Bandara Kertajati ini dari segi teknis sudah baik, hanya saja di bangun tidak parallel dengan aksebilitas jalan darat.
Kemudian, pembangunan jalan tol dari Bandung ke Majalengka tidak mulus karena baru akan terjadi beberapa tahun setelah Bandara Kertajati di resmikan.
Kontroversi
Untuk Bandara Kertajati sendiri memang membuat orang harus bersabar karena akses jalan yang tidak parallel.
Terkadang masyarakat Bandung sebagai pengguna terbanyak masih suka memakai bandara Husein Sastranegara.
Bandara Kertajati ini tidak hanya menampung penumpang asal Bandung.
Di sekitarnya masih ada kabupaten-kabupaten yang perlu akses untuk naik pesawat, misalnya Kabupaten Cirebon, Kuningan, Sumedang, Tasikmalaya, dan Ciamis.
Jadi yang perlu di pikirkan oleh Jabar tidak hanya Bandung Barat dan Kabupaten-kabupaten yang ada di pantura, namun daerah-daerah lain pun perlu menjadi bahan pertimbangan atas di bangun nya bandara ini.
Baca Juga:Ini dia 3 Hotel Murah di Sumedang yang Worth It Buat KamuYuk Cek! 5 Hotel di Sumedang yang Recommended Buat Kamu
Kemajuan dari Bandara yang ternilai lambat pun menjadi acuan, karena biaya yang di keluarkan tidaklah sedikit, melainkan Rp 7 Triliun yang sulit untuk di kembalikan dalam jangka waktu 2-3 tahun.
Salah seorang konsultan aviasi dalam CNBC Indonesia berpesan, jangan membangun bandara jka kapasitas penumpang sudah berlebihan.
Hal itu di karenakan jikalau kapasitas bandara sudah meledak, sebenarnya ada hidden cost yang terbuang dan tidak pernah di hitung oleh yang masyarakat atau pengamat.
Misalnya fuel burn karena holding atau ketika berjalan menuju runway untuk take off.