KEGGAKEGGYAN/SUMEKS
TERAWAT: Rumah yang menjadi tempat perundingan hingga saat ini masih terawatdan dibiarkan keasliannya
SUMEDANG – Bila kita berkunjung ke Desa Cibububuan, Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang, maka akan mendapati deretan rumah bergaya kuno. Tapi siapa sangka, diantara rumah rumah bergaya kuno tersebut ternyata memiliki nilai sejarah di masa peperangan.
Diantara rumah rumah dengan bangunan yang khas dan klasik sderta tampal unik dan menarik tersebut, ternyata ada yang miliki nilai sejarah, salah satunya rumah peninggalan Kardun Martapura yang bersama sang istri, Salni pada peristiwa long march kedua Divisi Siliwangi saat diharuskan kembali ke Jawa Barat (1948-1949).
Baca Juga:Langkah KudaBandel, Satpol PP Bongkar Puluhan Bangli di Jalan Interchange Karawang Barat, Pemilik Tak Gubris Surat Teguran
Menurut Arys Rukmana (58), yang menikah dengan Cucu Kardun Martapura, Tintin Somadipura (56), menjelaskan, bahwa rumah nomor 8, RT/RW 07/02 di Desa Cibubuan merupakan rumah bebuyutnya yang memiliki sejarah cukup penting. Rumah tersebut menjadi tempat pertemuan saat pasukan Siliwangi akan memasuki Kota Bandung.
“Pada peristiwa long march kedua, sebelum memasuki Kota Bandung, pasukan Siliwangi mengadakan pertemuan di rumah itu, pertemuan itu bertujuan untuk menahan pasukan Siliwangi agar tidak masuk dulu ke Kota Bandung,” jelas Arys.
Pertemuan itu dilakukan antara Panglima Pasukan Siliwangi Letkol Sadikin dengan Bupati Sumedang di bawah kekuasaan Belanda, Raden Tumenggung M. Singer.
“Pada saat pertemuan itu tidak membuahkan kesepakatan dimana Letkol Sadikin bersama pasukan Siliwanginya bertekad tetap akan menerobos Kota Bandung, dalam pertemuan itu, Letkol Sadikin keluar sambil berucap ‘merdeka atau mati’,” jelas Arys
Pasca pertemuan itu terjadilah pertempuran antara Pasukan Siliwangi dengan tentara Belanda di Cadas Pangeran. Dalam pertempuran itu, dimenangkan oleh Pasukan Siliwangi.
“Akibat pertempuran itu, Belanda memerintahkan tentaranya untuk melakukan operasi sapu bersih, akibatnya pasukan Siliwangi harus meninggalkan Buahdua lalu bergeser ke wilayah Situraja Sumedang,” jelas Arys
Operasi sapu bersih yang dilakukan oleh Belanda, menyerang kawasan sekitaran Desa Cibubuan – Conggeang dan Desa Sekarwangi – Buahdua. Kejadian itu pula dikenal oleh masyarakat Sumedang dengan sebutan peristiwa 11 April 1949 atau tepat saat gugurnya Komandan Bataliyon Tarumanegara Mayor Abdurahman dan pasukan lainnya.
Baca Juga:Keterlaluan, Bansos Tunai Rp900 ribu Disunat Oknum, Akhirnya KPM Penerima bantuan Lapor PolisiDian Ciputra
“Saat itu, Mayor Abdurahman dan 11 orang pasukannya tertangkap lalu ditembak mati di depan balai desa yang sekarang berdiri itu, Mayor Abdurahman yan saat itu sedang terserang penyakit malaria, tetap menjaga rahasia dari Belanda saat diminta untuk membuka keberadaan pasukan Siliwangi yang dipimpin oleh Letkol Sadikin yang telah bergeser dari Situraja,” tambah Arys
Sejumlah rumah di Desa Cibubuan merupakan peninggalan bebuyutnya. Kebanyakan warga masih mempertahankan bentuk bangunanya karena selain unik juga memiliki sejarahnya masing-masing paling tidak sejarah bagi keluarganya.
“Rumah Kardun Martadipura sendiri diturunkan secara turun temurun, sejak zaman Belanda,” ungkapnya.
Peristiwa long march pasukan Siliwangi dari Jawa Barat menuju Yogyakarta terjadi lantaran adanya agresi militer Belanda I setelah diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia 1945. Long march pertama terjadi pada Januari 1948 setelah adanya perjanjian renville.
Perjanjian tersebut mengharuskan TNI meninggalkan Jawa Barat pindah ke daerah kekuasaan Republik Indonesia di Yogyakarta. Namun setelah 11 bulan disana, long march kembali harus dilakukan setelah Belanda kembali melancarkan agresi militer keduanya.
Tepat pada 18 Desember 1948, Belanda menggempur lapangan terbang Maguwo, Yogyakarta. Pada perististiwa tersebut, pasukan Siliwangi oleh Jenderal Sudirman diperintahkan untuk kembali menguasai kantong-kantong kekuatan di Jawa Barat yang dikuasai oleh Belanda.
Pada saat hijrah keduanya ini, setelah tiba di Jawa Barat, salah satu daerah yang disinggahi oleh pasukan Siliwangi yakni kawasan seitaran Conggeang dan Buahdua, Sumedang. Daerah Buahdua menjadi salah satu basis persembunyian dan pertahanan kala itu. (kga)