Kehadiran moda transportasi online di Cirebon tidak hanya berdampak semakin berkurangnya jumlah angkutan kota, melainkan sangat memengaruhi pendapatan para sopir angkutan kota setiap harinya.
Sejumlah sopir angkutan kota jalur D2 dan D3 mengatakan bahwa saat ini untuk mendapatkan penumpang sangat susah payah karena penumpang anak sekolah yang sebagai andalan kini bergeser ke transportasi online, terlebih transportasi online tidak taat kesepakatan terkait lokasi titik jemput.
Dalam sehari sopir angkutan kota hanya memeroleh pendapatan 200 ribu rupiah, itupun dibagi setor ke pemilik angkutan kota 100 ribu rupiah, 70 ribu untuk bensin dan tiga puluh ribu selebihnya jadi pendapatan bersih dan paling banyak pendapatan bersih mencapai 50 ribu rupiah. Pendapatan ini sangat tidak cukup untuk makan terlebih untuk biaya sekolah .
Baca Juga:RPH Batembat Tidak Layak, Dinas Pertanian Canangkan Tempat RPH Berstandar NasionalOmset Pendapatan Menurun, Banyak Gerobak Pkl Di Shelter Alun-Alun Kejaksan Tutup
Untuk dua jalur trayek dua angkot D2 dan D3, melintasi jalur ramai seperti jalan Perjuangan Majasem, jalan By Pass, jalan Pemuda, jalan Cipto, Pekiringan, Pandesan, Petratean, Kesambi hingga Kanggraksan, dan pendapatan minim itu angkutan kota sepuluh kali memutar sesuai jalur trayek.